Jadi Idola

Tak semua orang bisa jadi idola, bisa saja termasuk diri kita sendiri. Mereka jadi idola karena adanya sesuatu yang istimewa hingga didambakan jutaan orang di luar sana misalnya penyanyi terkenal, pelukis, penyair, dan lain-lain. Sudah pasti setiap orang semua punya idola, barangkali kita satu idola juga lho.

Akan tetapi, kebanyakan orang saling memandang remeh idola orang lain yang bisa menyebabkan perpecahan. Nah, dalam hal ini kita tidak boleh memaksakan hak orang lain untuk mengidolakan pilihan kita lho.

 Biarkan mereka memilih siapa saja idola mereka tanpa adanya paksaan. Sebagai orang muslim tentu kita tahu siapa yang pertama kalinya kita tempatkan jadi idola yang paling utama di hati kita. Tentunya Nabi Muhammad Shallallahu a’laihi wassalam yang menjadi satu-satunya nabi penyempurna agama Islam ini. Bahkan, Nabi Muhammad Shallallahu a’laihi wassalam menjadi orang yang berpengaruh di dunia lho.

Maraknya tayangan dari televisi maupun gadget yang kurang mendidik bisa menyebabkan si anak salah pilih idola lho. Sebenarnya tak apa memilih idola selain Nabi Muhammad Shallallahu a’laihi wassalam tetapi bukankah lebih baik si anak mencintai nabi sejak dini sebagai benteng hati dari pengaruh luar ?

Nah, inilah yang menjadi hal yang patut diperhatikan oleh kedua orang tua terutama sang ibu karena ibu adalah pembelajar pertama bagi anaknya. Tugas mereka memang tak mudah apalagi, harus mengontrol anak-anaknya yang lebih dari dua orang. Dari sinilah orang tua belajar membangun tanggung jawab dari lingkup keluarga. Ingat tanggung jawab terhadap keluarga itu tidak hanya di dunia tapi juga di akhirat kelak.

Untuk mengantisipasinya kita bisa lakukan langkah preventif atau pencegahan, ingat mencegah lebih baik dari pada mengobati. Pertama, kita bisa mengganti tayangan yang sesuai dan mendidik juga pastinya misalnya kartun kisah-kisah mulia dari Sang Nabi. Kedua, kita bisa mendonggeng anak tentang kisah-kisah mulia para nabi dan rasul dahulu.

Ketiga, kita bisa menerapkan poin-poin kebaikan atau amanat dari kisah-kisah tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Terakhir, kita ajak si anak agar berani tampil dalam menyeru kebaikan di mata umum misalnya mengajak temannya sholat. Nah, dengan begitu rasa cinta pada sang idola utama kita yaitu Nabi Muhammad Shallallahu a’laihi wassalam akan tumbuh sedari dini.

Saat Remaja, Idola Pun Berbeda

Remaja itu mudah sekali menerima pengaruh luar melalui dampak globalisasi yang semakin menjamur. Mereka benci dibilang “kudet (kurang update)” karena kurang tahu hal yang lagi ngetrend terutama persoalan idola. Setiap hari pantengin postingan dari idola yang mereka tunggu-tunggu bahkan, hingga lupa soal waktu yang terus memburu.

Sekali diingatkan dan ditegur selalu marah seolah benar sendiri bahkan, melawan apa kata orang tuanya sendiri. Akibatnya, si anak malah menjadi orang yang keras kepala dan durhaka kepada orang tua. Kemungkinan besar hal ini terjadi pada anak yang kurang pendidikan agama dari keluarganya sehingga merasa lebih bebas di luar.

Selain itu, peran dari lingkungan luar pun juga sangat mempengaruhi pola pikir remaja misalnya hidup di lingkungan pesantren tentu remaja akan tumbuh dengan baik. Mereka menikmati ketenteraman hati dengan sepenuhnya mencintai nabi.

Begitu pun sebaliknya jika kita hidup di lingkungan pergaulan yang kurang baik maka, remaja akan tumbuh dengan perilaku yang menyimpang. Mereka hidup cenderung hura-hura dan menginginkan hal yang sifatnya duniawi.

Dari sini kita harus bisa merangkul remaja agar tidak terjerumus pada hal-hal yang menyimpang akibat salah pilih idola.

Kita harus berusaha memberikan arahan dan bimbingan kepada mereka misalnya membangun komunitas pecinta rasul, band nuansa religi, dan melalukan program sharing-sharing berfaedah.

Bisa jadi ini menjadi langkah awal yang membentengi diri remaja dari pengaruh luar yang gencar menghantui. Dengan begitu generasi penerus kita akan mengedepankan keteladanan dari perilaku Nabi Muhammad Shallallahu a’laihi wassalam bukan yang lain.

Sesungguhnya Nabi Muhammad Shallallahu a’laihi wassalam adalah satu-satunya idola yang harus kita junjung tinggi-tinggi dalam hati, lisan, dan perbuatan yang mencerminkan rasa cinta kepada beliau.

Semoga dengan kecintaan yang kita miliki ini bisa memberikan “tiket syafaat” di akhirat nanti. Dan kita bisa berkumpul dengan beliau di surga-Nya kelak. Aammiiinn.

sumber : kompasiana

Open chat
1
Ada yang bisa saya bantu?
Hello
Seamat datang di dfrcollection.com