Budaya Keluarga Mempengaruhi Gaya Hidup Anak

Budaya Keluarga Mempengaruhi Gaya Hidup Anak

Ada anak kembar, sebut saja namanya Mawar dan Melati. Secara biologis mereka satu keturunan yang sama. Namun karena yang membesarkan budaya keluarganya berbeda, gaya hidup mereka pun juga berbeda.

Anak kembar tersebut dilahirkan oleh orang tua yang sudah mempunyai 4 orang anak. Ketika anak kembar ini lahir, bertambah pula anggota keluarganya yaitu menjadi anak ke-5 dan ke-6.

Suatu waktu ada orang tua lainnya sebut saja “Bude” yang masih ada hubungan keluarga, meminta izin pada kedua orang tua anak kembar tersebut agar bisa membesarkan salah satu dari mereka. Hal ini dilakukan karena Bude tidak bisa mempunyai keturunan karena ada something. Sehingga ia ingin mengadopsi salah satu dari anak kembar tersebut.

Karena kedua orang tua dari anak kembar tersebut memang sudah kewalahan anaknya sudah banyak, sehingga orang tua anak kembar tersebut memberikan izin adopsi pada Bude untuk membesarkan salah satu dari anak kembar mereka yang bernama Melati.

Karakter dan kebiasaan orang tua anak kembar itu yaitu pemarah, kalau bicara sangat keras, suka membentak, berbicara kata-kata jorok atau kasar, sombong dan tidak pernah beribadah. Sedangkan karakter dan kebiasaan Bude pengadopsi si Melati yaitu sabar, penyayang, kalem, sederhana dan ibadahnya rutin.

Mawar dan Melati meskipun anak kembar, namun sifat atau karakter hingga gaya hidup mereka pun berbeda. Mawar dibesarkan oleh keluarga yang karakter dan kebiasaannya seperti di atas, begitupun si Melati juga dibesarkan oleh karakter dan kebiasaan Bude seperti yang sudah disebutkan di atas.

Saat masih balita, tidak terlihat mencolok perbedaannya. Namun semakin besar tumbuh kembang mereka, semakin terlihat pula karakter dan gaya hidupnya.

Mawar menjadi anak yang pemarah, bicaranya sangat keras, sering kali berkata jorok dan tidak sopan, terkesan sombong dan juga tidak beribadah. Hal ini secara tidak sengaja mawar dapatkan karena budaya kedua orang tuanya sendiri yang memang seperti itu sejak kecil.

Sebaliknya Melati menjadi anak yang penyayang, ramah, kalem, sederhana, dan rajin beribadah. Nilai-nilai tersebut tidak sengaja ia dapatkan dari budaya keluarga Bude yang mengadopsinya sejak kecil.

Bahkan ketika mereka berdua Mawar dan Melati dipertemukan, sering kali tidak adanya kecocokan karena nilai-nilai kehidupan dan gaya hidup yang mereka dapatkan sejak kecil sudah berbeda walau mereka adalah anak kembar yang seharusnya bisa satu frekuensi.

Contohnya Nonton TV saja. Si Mawar suka nonton TV dengan volume yang sangat besar atau full volume. Sedangkan Melati yang mengetahui hal tersebut langsung mengecilkan volume TV tersebut karena bisa mengganggu orang lain. Adu argumen pun berlangsung di antara keduanya.

Contoh lainnya Gaya Hidup. Si Mawar suka membeli dan koleksi barang-barang bermerk hingga semua barang atau baju yang ia miliki pada bermerk semua, dan itu juga menggunakan uang pemberian orang tuanya. Sedangkan si Melati tidak pernah membeli baju-baju bermerk, uangnya ia tabung untuk membeli hal-hal yang lebih bermanfaat lainnya, dan uang itu pun ia dapatkan secara mandiri bukan diberikan oleh orang tua angkatnya.

Contoh terakhir Attitude pada yang lebih tua. Si Mawar jika jalan kaki melewati orang yang lebih dewasa darinya langsung lewat begitu saja tanpa permisi. Sedangkan si Melati baik itu mereka yang lebih dewasa darinya atau yang lebih muda darinya tetap memberikan salam atau rasa hormatnya ketika lewat di samping atau depan orang-orang tersebut dengan sedikit membungkukkan badan dan berkata permisi.

Orang tua Mawar dan Melati ini pun lambat tahun mulai menyadari bahwa budaya keluarga mereka kurang atau bahkan tidak baik, sehingga mempengaruhi tumbuh kembang dan gaya hidup anak-anak mereka. Hal itu mereka rasakan ketika melihat anak kembar mereka yaitu Mawar dan Melati tumbuh dengan akhlak berbeda.

Orang tua anak kembar itu pun ingin memperbaiki budaya keluarga mereka yang kurang baik, agar anak-anak mereka ada perubahan dari segi karakter dan kebiasaan.

Namun ketika anak-anak sudah menginjak usia dewasa, hal ini akan terasa sia-sia. Karena ketika anak-anak sudah menemukan jati dirinya masing-masing saat usia remaja yang didukung budaya keluarga sedari ia kecil, karakter dan kebiasaan itu sudah tertanam dalam dan mustahil untuk dirubah, kecuali perubahan tersebut hadir sendiri dari diri sang anak atau yang biasa kita menyebutnya mendapatkan Hidayah untuk kehidupan yang lebih baik.

Secara garis besar budaya keluarga juga mempengaruhi tumbuh kembang atau gaya hidup anak. Jika anda sedang merencanakan membentuk suatu keluarga kecil, yang perlu anda lakukan adalah menanamkan nilai atau dasar ilmu yang baik pada anak-anak sedini mungkin.

Isilah keluarga anda dengan cinta kasih dan perasaan yang indah, agar dapat memudahkan, mengikat, dan membawa keharmonisan dalam keluarga anda.

sumber : kompasiana @Alfira_2808

Open chat
1
Ada yang bisa saya bantu?
Hello
Seamat datang di dfrcollection.com